Modal Gunting Kain, Henry Kini Punya 800 Karyawan

Pemilik Salon Anata, Henry Setiadi Halim, yang kini memiliki 11 tempat potong rambut di Kota Bandung sudah mencoba-coba memangkas rambut teman dan keluarganya sejak usia 18 tahun. Usaha itu memang berawal dari hobinya memotong rambut.
Namun, teman dan keluarga Henry sering marah karena potongan yang tak sesuai keinginan. Akan tetapi, ia tak patah semangat dan terus menekuni hobinya. “Saya kurang paham, ternyata bentuk kepala berbeda-beda. Apalagi, saya masih pakai gunting kain yang besar,” katanya.

Usaha itu pertama kali dibuka di rumahnya, Jalan Emong, Bandung, tahun 1985. Padahal, ia tak pernah sekolah potong rambut dan hanya mengikuti berbagai seminar. Kini, nama salonnya telah terkenal dan termasuk tempat potong rambut yang terbanyak di Kota Bandung.
Tarif potong rambut di Salon Anata dengan total pegawai 800 orang dan sekitar 4.000 pengunjung per hari itu mulai dari Rp 17.000. Ketika baru memiliki satu salon, Henry hanya memiliki delapan pegawai. Kendala bukannya tak ada dalam menggeluti pekerjaan itu. Banyak rekan-rekan Henry berperangai tidak seperti kebanyakan laki-laki. Mereka memiliki perasaan yang sangat halus.

“Saya tak betah dengan lingkungan seperti itu. Sempat saya berniat tak menggeluti lagi profesi pemotong rambut, tapi keinginan itu akhirnya pudar,” katanya.
Menurut pria kelahiran 28 Februari 1958 itu, kesulitan terbesar yang dialaminya adalah mempertahankan pelanggan. Para pemotong rambut yang berpengalaman memiliki pelanggan setia. Jika mereka dibajak salon lain, pelanggan akan mengikutinya. Pendapatan pun hilang.
Karyawan yang sudah pintar rawan dibajak. “Sekali pindah, mereka yang keluar bisa berbondong-bondong, apalagi pelanggannya,” kata Henry di Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada pendapat lain dari sobat, Silahkan berkomentar